Rahim Pengganti

Bab 122 "Ryu Rafidan Satriawan"



Bab 122 "Ryu Rafidan Satriawan"

0Bab 122     

"Ryu Rafidan Satriawan"     

Sate yang dibelikan oleh pak Udin sudah dihabiskan oleh Carissa. Sopirnya itu membelikan tiga porsi, sesuai request dari majikannya itu. Setelah mengantarkan sate tersebut, Carissa meminta mereka untuk pulang bertepatan dengan Bunda Iren dan Siska yang juga datang membawa beberapa kebutuhan si adek bayi.     

"Makan yang banyak, kamu butuh tenaga. Kalau mau makan apa bilang, biar bunda suruh Elang yang cari," ucap Bunda Iren. Bian yang mendengar hal itu langsung beranjak dari tempatnya.     

"Gak bisa gitu Bunda, Caca istri aku. Anak didalam kandungannya anak aku, masa dia yang cari keinginan mereka," protes Bian. Bunda Iren hanya geleng geleng kepalanya, dengan tingkah laku Bian yang sangat luar biasa.     

"Udah mending lo pulang aja deh Lang, gak usah ada di sini," ucap Bian kembali. Elang hanya diam, astaga di saat seperti ini Bian bisa bisanya cemburu dengan dia. Ya ampun, pusing rasa nya kepala ini melihat hal itu.     

***     

Bidan yang membantu persalinan Carissa setiap jam memeriksa pembukaan yang sudah terjadi.     

"Sebentar ya bu, masih di pembukaan 5."     

Carissa menganggukan kepalanya, lalu bidan itu pergi dari sana. Bian mendekati istrinya, yang masih menahan rasa sakit yang luar biasa nikmat menurut Carissa. Sedangkan Bian sudah tidak tega dengan, apa yang terjadi pria itu tidak sanggup melihat sang istri seperti ini.     

"Operasi aja ya sayang. Mas gak tega lihat kamu seperti ini," ujar Bian. Mendengar hal itu membuat Carissa melotot tajam ke arah suaminya.     

"Apaan sih Mas. Aku bisa kok, namanya melahirkan itu seperti ini. Udah mending kamu usap punggung aku aja sini. Daripada di situ cuma bisa ngomel gak jelas," ucap Carissa kesal dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Bagaimana bisa Bian mengatakan hal seperti itu, astaga Carissa rasanya ingin menjerit kesal. Ada ada saja, kelakuan Bian disaat seperti ini. Kalau saja, sakit di perut nya bisa dipindahkan, Caca akan meminta suaminya itu juga merasakannya. supaya Bian tidak sibuk berkomentar tidak jelas.     

Carissa terus saja mengomel, membuat Bian hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan istrinya itu, sembari mengusap punggung istrinya Bian juga mencari beberapa artikel mengenai melahirkan di internet. Pria itu belajar mengenai banyak hal, kemungkinan yang sering terjadi pada saat seperti ini.     

"Kamu mau makan sesuatu?" tanya Bian.     

"Gak mas, tapi sepertinya martabak manis enak," jawab Carissa. Bian diam, bukannya tadi istrinya mengatakan tidak tapi nyata, astaga rasanya Bian ingin teriak dengan semua kemungkinan yang ada.     

Bian segera pergi dari kamar tersebut, saat Bian akan keluar pintu ruangan kamar Carissa terbuka, bidan yang tadi memeriksa keadaan Carissa datang kembali.     

"Kita periksa kembali ya Pak. Mungkin pembukaannya sudah, bertambah," ujarnya lalu mendekati Carissa dan mulai melihat. Bian belum keluar dari sana menunggu hal bagaimana perkembangannya. Sepuluh menit, berlalu bidan tersebut menjelaskan semuanya, bahwa masih ada 2 pembukaan lagi untuk sempurna.     

"Aduh!!" pekik Carissa ketika merasakan rasa yang sangat menyakitkan di bagian perutnya. Mendengar rintihan itu membuat Bian segera mendekati Caca, pria itu segera menyentuh perut buncit milik sang istri. Menatap ke arah Carissa dengan tatapan yang begitu khawatir.     

"Sayang Ayah … kalau mau keluar, ayo dong nak keluar. Jangan buat bunda sakit dong jagoan," ucap Bian. Pria itu berusaha mengajak sang anak untuk berbicara, mengajak makhluk di dalam sana untuk bisa berkomunikasi.     

Perut Carissa sudah mulai membaik, gerakan yang sebelumnya cukup kencang sudah tidak terasa sakit lagi. Sepertinya anak mereka mengerti apa yang diucapkan oleh ayahnya.     

"Udah gak kayak tadi lagi Mas," ucap Cariss. Bian tersenyum, pria itu sangat senang melihat keadaan seperti ini.     

"Syukurlah dia kenal, siapa yang sering mengunjunginya. Makanya, jagoan ayah ngerti apa yang ayahnya katakan," ucap Bian. Mendengar hal itu membuat, Carissa hanya geleng geleng kepala. Suaminya itu benar benar mulutnya, tidak bisa di sharing lagi. Membuat Carissa sering kesal dengan apa yang di lakukan suaminya itu.     

***     

Di lain tempat seorang pria dengan setelan serba hitam menatap ke arah tiga orang yang menundukkan kepalanya. Aura ruangan ini sangat mencekam membuat, siapa saja yang masuk ke dalam ruangan ini bisa merasakan hal yang tidak diinginkan.     

"Bagaimana bisa ini terjadi," bentaknya dengan nada tinggi. Pria itu tidak bisa menerima dengan apa yang terjadi, sungguh pernikahan Tante Elsa dan Om Arga benar benar membuat pria itu marah besar.     

"Maaf … maafkan kami pak. Kami juga tidak tahu, kenapa semua ini terjadi," ujar salah satu orang tersebut. Pria botak itu mencoba menatap mata bos nya. Namun, baru melihat sekilas saja, sudah membuatnya kembali menundukkan kepala.     

Brak!!!     

Sebuah benda keras, di lemparkan di depan mereka. Sehingga membuat semua yang ada di sana terkejut. Ketiga anak buahnya, memundurkan langkahnya takut dengan apa yang dilakukan oleh Boss nya itu.     

"Apa dengan kata maaf yang kalian ucapkan bisa merubah semuanya hah? bentaknya lagi.     

"Kalian tahu, jika Arga dan Elsa menikah itu artinya kekuatan perusahaan Bian akan semakin besar. Dan upaya saya selama ini akan sia sia, dimana otak kalian semua," ucapnya lagi. Pria itu sangat marah, terlihat dari raut wajahnya yang begitu menyeramkan. Astag rasa nya dirinya saat ini ingin pergi ke lautan dan membuang semua anak buah yang tidak berguna ini.     

"Pergi kalian semua. Saya tidak mau melihat kalian lagi," ucapnya.     

Ketiga orang itu lalu pergi dari ruangan tersebut, meninggalkan semua yang sudah terjadi. Sungguh saat ini dia sangat marah dan kesal, setiap saat dirinya berusaha membuat Bian bisa menderita. Tapi lihat, penggabungan dua keluarga ini akan membuat Bian semakin kuat.     

"Gue tidak akan membiarkan lo, senang. Gue akan cari cara untuk menjatuhkan lo, ingat itu Bian," ucapnya dengan nada penuh penekanan.     

Suasana di dalam kamar rawat, milik Carissa sudah penuh dengan beberapa suster yang datang, saat ini diri nya akan di bawa menuju ruangan bersalin. Dokter yang memeriksa keadaan Carissa mengatakan bahwa pembukaan nya sudah sempurna dan anak yang ada di dalam kandungannya sudah siap untuk di keluar kan.     

Bian tak pernah lepas menggenggam tangan sang istri dengan begitu erat, pria itu terus memberikan semangat agar Carissa bisa terus berjuang demi kelahiran anak mereka.     

"Gimana bund?" tanya Siska. Wanita itu baru saja datang, bersama dengan Elang disusul oleh Tante Elsa dan juga Om Arga yang lebih dulu menjemput Melody. Semalaman anak itu menangis mencari keberadaan sang bunda. Dan saat Bunda Iren ingin pergi ke rumah sakit, Melody tertidur membuat wanita itu tidak tega membangunkannya.     

"Carissa di mana mbak?" tanya Tante Elsa yang juga terlihat panik.     

"Masih di dalam. Baru saja masuk, semoga semua baik baik aja," ucap nya.     

"Ayo bunda terus ya berjuang, tarik nafas nya atur ya pelan pelan. Ikuti instruksi yang saya berikan. Ayo bunda pasti bisa," ucap dokter tersebut.     

Cariss dengan segenap jiwa dan raga nya, mulai memberikan semua rasa yang ada. Bian yang ada di sana, juga membuat sang istri berjuang memberikan dukungan dengan penuh cinta. Bian melihat sendiri bagaimana perjuangan Carissa yang begitu luar biasa, istrinya mempertaruhkan nyawa nya demi anak mereka.     

"Sakit … sakit … sakit," rintih Carissa.     

"Kamu kuat sayang ayo kamu pasti bisa," ucap Bian dengan penuh semangat.     

Hingga akhirnya suara tangis seorang bayi, yang begitu lucu membuat Bian bisa bernafas lega. Anak mereka lahir dengan membawa kebahagian yang luar biasa.     

"Selamat bapak anak anda laki laki," ucap dokter itu. Suster dan bidan segera mengambil alih dan mulai membersihkan bayi lucu itu. Bian meneteskan air matanya, pria itu sungguh sangat bahagia mendengar hal itu. Namun, baru saja Bian merasakan kebahagian saat itu juga sebuah rasa takut terjadi.     

Bian terdiam ketika melihat istrinya tidak sadarkan diri, bahkan mesin di samping berdering dengan sangat kuat. Bayangan kehilangan Carissa membuat Bian tidak mampu berdiri dengan kuat.     

"Cari darah sekarang. Pasien mengalami pendarahan hebat," ucap dokter.     

Dunia Bian seketika hancur ketika dirinya mendengar ucapan itu. Bian mencoba membuat Carissa tetap tersadar, wanita nya itu sudah terlihat sangat pucat. Dokter berusaha untuk menghentikan pendarahan yang terjadi, beberapa suster juga sudah membawa kantong kantong darah untuk Carissa. Sungguh Bian tidak ingin, hal buruk terjadi. Tidak hal itu tidak boleh sangat terjadi. Rasanya saat ini, Bian ingin meminta kepada Tuhan memohon dan bertemu supaya tidak mengambil Carissa dari hidupnya. Bian tidak tahu, harus bersikap seperti apa jika, Carissa benar benar pergi meninggalkan mereka.     

***     

"Ada apa ini kenapa kalian terlihat khawatir?" tanya Tante Elsa, ketika melihat beberapa suster yang terus keluar masuk dari dalam ruangan tersebut.     

"Pasien mengalami pendarahan hebat. Sehingga kami harus segera memberikan penanganan yang optimal," ucap suster tersebut.     

Semua orang di dalam sana seolah disambar petir di siang bolong, mendengar apa yang diucapkan oleh dokter itu benar benar membuat semuanya tidak bisa berkata kata apa pun lagi. Bunda Iren terus beristighfar supaya hal buruk tidak terjadi, begitu juga dengan Tante Elsa yang sudah memeluk suaminya.     

Semua orang di sana benar benar syok, dengan apa yang terjadi sungguh hal ini tidak di inginkan.     

"Mas Carissa mas … dia akan baik baik saja, kan? Caca akan baik baik saja, kan?" ucap Tante Elsa dengan derai air mata yang mengalir dengan sangat deras. Wanita itu benar benar tidak mau terjadi sesuatu akan keponakannya itu, Arga segera memberikan pelukan hangat kepada istrinya. Membuat Elsa sedikit ketenangan, dan berkata bahwa semua akan baik baik saja.     

Bukan hanya Elsa, Bunda Iren juga merasakan hal yang sama wanita itu terlihat sangat tenang, tapi sejujurnya juga mencoba memendam perasaan supaya bisa kuat.     

Semua orang di sana sudah berdoa supaya Carissa baik baik saja, tidak terjadi sesuatu hal yang serius dan mereka tidak kehilangan lagi. Sungguh kehilangan sesuatu yang begitu disayang itu sangat sulit.     

Dua puluh lima menit berlalu, Bian akhir nya keluar dari dalam sana, pria itu terlihat santai. Melihat hal itu membuat semua orang bisa bernafas dengan lega.     

"Gimana keadaan Caca, Nak?" tanya bunda Iren. Wanita paruh baya itu baru saja membuka mulutnya, setelah beberapa menit yang lalu berdiam diri. Menahan semua rasa di dalam dadanya, menahan perasaan yang sulit dituangkan.     

"Semua sudah baik baik saja Bund. Caca udah melewati masa kritisnya, pendarahan yang terjadi juga sudah tidak terjadi lagi. Semua sudah ditangani oleh dokter dengan sempurna, saat ini Caca akan di bawa ke ruangan observasi," ucap Bian. Meskipun terlihat tenang, itu hanya demi menutupi perasaannya yang begitu khawatir. Di lihatnya Melody, yang menatap ke arahnya diambilnya anak gadisnya itu, lalu ia gendong dan peluk dengan begitu erat.     

Saat ini, Bian hanya bisa berdoa semoga tidak ada lagi hal buruk yang terjadi, setelah itu Melody kembali di kembalikan ke gendong Susi. Karena dirinya di panggil suster untuk memberikan skin on skin kepada jagoannya yang sudah dibersihkan.     

***     

Pukul 13.00 siang, Carissa sudah sadar. Semua orang sangat bahagia menyambut dirinya.     

"Mau apa sayang?" tanya Bunda Iren.     

"Haus Bund," jawabnya. Segera Siska mengambilkan air minum untuk Kakak ipar nya itu, melihat sang bunda sudah sadar. Melody meminta Arga yang saat ini menggendongnya berjalan ke arah tempat tidur Carissa.     

Mata Arga menatap Elsa, meminta untuk istrinya itu yang membawa Melody. Elsa langsung sigap, wanita itu mengambil alih Melody dan mengajak anak gadis itu mendekati sang bunda.     

"Bunda jangan sakit sakit. Kakak sedih," ucapnya dengan nada gemas. Mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Melody membuat Carissa tersenyum haru, anaknya bisa mengerti di usia yang masih muda seperti saat ini.     

Carissa merentangkan tangannya meminta untuk Melody mendekat ke arah dan memeluk anaknya itu, anak kecil yang begitu dirinya sayangi. Buah hatinya yang lahir dengan penuh banyak perjuangan hidup. Bahkan Carissa tidak menyangka dirinya bisa berada di posisi seperti ini, saat ini dengan banyak orang yang mencintainya. Orang orang yang begitu peduli dengan dirinya.     

"Bunda adek bayi mana, kenapa gak ada perut bunda udah kecil," ucap Melody dengan lucunya. Mendengar hal itu membuat Caca melirik ke arah bunda Iren.     

"Bian lagi di sana, kata nya sih nanti akan di bawa ke sini. Kita tunggu aja ya, Kakak Melody tunggu dedeknya, duduk di sofa aja ya. Biar bunda bisa istirahat," ucap Bunda Iren. Namun, Melody menggelengkan kepalanya, anak itu langsung memeluk sang bunda.     

"Gak apa apa Bund, biar Melody di sini aja," jawab Caca. Wanita itu lalu memeluk sang anak bersama dengan Siska yang duduk di samping. Berbeda dengan bunda Iren yang masuk ke dalam kamar mandi, Tante Elsa kembali duduk bersama suaminya.     

Mendengar celotehan Melody membuat rasa sakit yang dirasakan oleh Caca sedikit berkurang. Apa lagi tingkah anaknya itu selalu bisa membuat orang senang dan bahagia.     

Pintu ruangan Carissa terbuka, di sana ada Bian bersama dengan suster masuk ke dalam ruangan tersebut, pria itu tersenyum dengan sangat lebar. Ketika pandangan matanya menatap ke arah Caca.     

"Baiklah adek bayi nya sudah bisa di berikan ASI. Nanti sore akan kami jemput untuk mandi, supaya malam harinya bisa tidur bersama bundanya," ujar suster tersebut. Mendengar hal itu, membuat Bian langsung menganggukan kepalanya diikuti oleh beberapa orang lainnya.     

Setelah itu Melody yang sudah melihat sang ayah segera meminta di peluk oleh Ayahnya itu. Bian segera mengambil anak gadisnya itu, yang begitu manja jika ada Bian di dekatnya.     

Bunda Iren, segera mengambil bayi mungil itu. Adek bayi jagoan mereka semua itu terlihat sangat anteng, wajahnya begitu imut mirip seperti Caca.     

"Lucu banget sih kamu," ucap Tante Elsa.     

"Buruan kasih teman buat anaknya Bian dan Caca, Sa." Mendengar ucapan itu membuat Tante Elsa bersemu merah.     

"Mbak," jawabnya malu. Elsa yang tersipu malu mendengar hal itu, berbeda dengan Arga yang berusaha untuk mencoba menutupi dirinya yang grogi akan ucapan dari Bunda Iren.     

***     

Sejak kelahiran sang adik, Melody tidak henti hentinya minta di gendong oleh kedua orang tua nya. Anak itu mulai manja, takut jika bunda atau ayah nya tidak menyayangi diri nya lagi. Padahal hal itu tidak, mungkin terjadi karena Bian dan Carissa akan membagi cintanya dan kasih sayang kepada anaknya sama rata.     

Di dalam ruangan ini, hanya ada mereka berempat, semuanya sudah pulang. Membuat Melody semakin menempel di pelukan Ayahnya. Bahkan ketika, Bian ingin memindahkan Melody tidur di dekat Carissa anak itu tiba tiba membuka matanya.     

Bian hanya bisa pasrah melihat hal itu, di saat seperti ini lah mereka berdua di uji untuk selalu rata dan tidak condong ke salah satu dari mereka berdua.     

"Kayaknya udah nyenyak deh Mas. Taruh di dekat aku aja sini, kasihan kamu kalau harus gendong Kakak gitu terus," ucap Carissa. Bian lalu berjalan ke arah istrinya, dan mulai meletakkan anak gadisnya itu untuk tidur di sana. Untunglah kamar ini, yang sangat pas untuk mereka. Kamar VVIP yang disiapkan oleh Om Arga, pria itu meminta kamar yang ditempati oleh keponakannya itu harus terbaik dan benar saja, semua fasilitas didapatkan oleh mereka.     

"Kamu butuh sesuatu?" tanya Bian. Saat melihat istrinya itu menatap ke arahnya tanpa berkedip sedikit pun, Carissa hanya menjawab dengan gelengan kepala. Wanita itu tersenyum, Bian lalu berjalan ke arah Caca dan berdiri di dekat istrinya itu.     

"Terima kasih ya Mas. Sudah mau terus berada di samping aku. Terima kasih, untuk semua cinta yang kamu berikan, terima kasih ayahnya Melody dan adek bayi," ucap Caca. Bian memeluk istrinya itu, membawa Carissa masuk ke dalam dekapannya. Mengusap kepala istrinya itu, lalu mengecup lama dahi Carissa dengan begitu mesra.     

"Aku yang harusnya berterima kasih, kamu begitu semangat dan berjuang dengan bertarung nyawa demi melahirkan kedua anak kita. Keduanya lahir dengan penuh perjuangan yang tidak akan sanggup aku lakukan jika aku yang hamil. Kamu wanita hebat yang dikirim Tuhan untuk bisa menjadi pelengkap untuk aku dan anak anak kita, terima kasih bunda hebatnya anak anak," balas Bian dengan penuh cinta.     

Keduanya saling berpeluk, mereka saling menatap ke arah Melody yang sangat mirip dengan Bian sedangkan si adek bayi, begitu mirip dengan bundanya. Saat ini, Carissa begitu sangat bahagia dengan kebahagian yang sudah diberikan oleh semesta untuk mereka.     

"Mas sudah mempersiapkan nama untuk anak kita?" tanya Carissa. Bian yang sudah duduk di atas ranjang yang sama dengan istrinya menatap ke arah Caca dengan senyum yang mengembang.     

"Sudah. Mas dapat namanya ketika, kemarin dia diam saat Mas ajak bicara. Menurut Mas namanya begitu indah dan pas untuk jagoan ayah yang akan kuat, menjadi perisai untuk bunda dan kakaknya. Dan menjadi sosok partner hebat bagi ayahnya," jelas Bian.     

"Siapa Mas?" tanya Caca.     

"Namanya Mas kasih Ryu Rafidan Satriawan."     

"Ryu Masya Allah Mas, namanya begitu indah. Semoga nanti adek Ryu, akan jadi anak yang berguna bagi untuk keluarga, agama, negara bahkan bangsa."     

Ryu Rafidan Satriawan, anak laki laki yang begitu di nanti kan. Anak yang lahir setelah menyerang kedua orang tuanya. Saat itu Ryu hadir ketika Oma Ratih meninggal, Carissa dan Bian entah harus bersikap seperti apa. Mendapatkan kabar jika orang yang begitu mereka sayang, harus pergi ke sang pencipta dan di saat itu juga Ryu tumbuh di dalam rahim Caca dengan sempurna.     

Anak laki laki yang sudah sangat kuat, dari dalam kandungan. Banyak hal yang terjadi tapi anak itu selalu bisa membuat kedua orang tuanya bahagia. Kelahiran Ryu, semakin membuat cinta Bian dan Carissa semakin tumbuh dengan sempurna.     

***     

Suara tangisan Ryu berhasil membuat semua orang di dalam ruangan itu menatap ke arah kedua Carissa dan Bian itu. Ryu tidak sabar untuk menyusu, sedangkan Carissa harus mencari cara untuk terlihat nyaman dengan beberapa tirai yang menutupi.     

Saat ini kamarnya sedikit ramai, semua teman teman Bian datang untuk melihat baby Ryu yang menurut Jodi, sudah menjadi saingan dirinya. Bagaimana tidak anak kecil itu, baru lahir tapi pengikut di Instagram nya begitu banyak mengalahkan dirinya yang sudah dewasa.     

"Ini anak lo bisa jadi selegram, saat bayi. Lihat pengikutnya udah mau 5 ribu orang. Mantap banget sih, pesonanya Baby Ryu," ucap Jodi.     

"Ini siapa yang bikin. Gue sama Caca perasaan gak ada bikin akun sosmed buat Ryu," ucap Bian bingung.     

"Loh lo gak tahu. Ini nih, kerjaan Siska noh orangnya," jawab Jodi. Bian menatap ke arah Siska, karena adiknya tidak meminta izin kepadanya. Bukan tanpa sebab, takut jika nanti Melody sudah besar dan ternyata tahu akan hal itu membuat kedua anaknya jadi bertengkar dan seolah Bian atau Carissa pilih kasih akan hal itu.     

"Tenang Mas Bian. Tenang, bukan cuka Ryu kok tapi IG nya Melody juga ada. Cuma Mas aja yang gak tahu," jawab Siska ketika melihat, ekspresi wajah abangnya yang sudah menatap dengan intens     

Bian sangat kaget ketika mendengar hal itu, sungguh adiknya itu sangat gerak cepat dalam segala hal.     

"Bapaknya aja kalah sama anaknya, emang sih Bian entar tahta tertinggi bukan lo lagi, tapi Ryu. Lihat aja, itu anak kecil, masih sangat kecil Lo, tapi udah bisa sabotase bundanya," bisik Jodi. Mendengar hal itu membuat Bian menatap Jodi, dan memberikan sebuah pukul kecil di lengan sahabatnya itu.     

"Pikiran lo Jod. Buruan sana nikah, kesal gue," ucap Bian.     

Pria itu lalu beranjak dari tempatnya dan mulai duduk di dekat sang istri, di balik tirai itu Bian bisa melihat begitu semangat nya sang anak saat menyusu.     

"Tinggalin ayah ya dek. Kita harus kompak ya sayang," ucapnya dengan nada kecil namun, hal itu masih bisa di dengar oleh Carissa. Wanita itu melotot tajam ke arah sang suami, bisa bisanya suaminya mengatakan hal seperti itu, disaat seperti ini. Bagaimana kalau ada orang yang mendengar hal semakin membuat Caca malu di buatnya.     

###     

Cie anak bayi baru lahir. Onty uncle yang baca kisahnya gak mau kasih gift gitu. Hihihi, okei baiklah. Terima kasih buat semuanya ya, sehat terus buat kalian semua. Love you guys, selamat membaca dan semoga selalu suka yaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.